“ Parenting isn’t a practice. It’s a daily learning experience”
Beberapa waktu lalu, sebelum pindah rumah dari Lembang ke Bekasi. Saya merasa Shalu tumbuh jadi anak yang mandiri dan nyaris gak pernah rewel. Dengan situasi kita hanya berdua saat suami berangkat kerja, Shalu tidak pernah sekalipun membuat saya kewalahan kecuali kalau sudah bosan ingin main keluar. Dia selalu minta dibukakan pintu jika mendengar suara anak-anak bermain di luar rumah.
Selain itu, jika berada di dalam rumah, shalu selalu santai dengan aktivitasnya. Jika saya bilang mau mengerjakan sesuatu dulu, dia Cuma bilang iya lalu lanjut dengan permainannya. Padahal umurnya baru setahun. Selagi di luar rumah, dia asyik main dengan teman-temanya. Ikut-ikutan anak yang lebih besar lari sana- sini, mengejar kucing, memetik bunga, atau sekadar melihat anjing peliharaan tetangga (yang kebetulan pemiliknya uwa sendiri) di halaman rumahnya.
Pernah beberapa kali jatuh bahkan sampai lututnya besot-besot, dia gak pernah nangis, ketika jatuh dia langsung berdiri dan menepuk kedua tangannya yang kotor langsung beranjak main lagi. Aneh saya juga, kok dia gak nangis? Kalau ditanya, dia cuma berusaha menjelaskan kejadiannya sambil nunjuk luka yang sekiranya sakit dengan bahasa nya yang belum jelas.
photo: dokumentasi pribadi |
Taraaa.. hanya dalam waktu tiga bulan. Shalu yang mandiri sekarang berubah drastis. Loh kok bisa ya?
Ada banyak anggota keluarga di bekasi. Bagi shalu, dia tidak pernah kesepian tinggal disini. Selalu ramai. Dia punya satu tante kecil dan satu tante besar yang sudah bekerja, ada om nya juga, lalu yang pasti ada nenek dan aki nya yang selalu ajak dia main setiap harinya. Dengan keadaan yang ramai seperti ini, harusnya shalu bisa lebih mandiri lagi Tapi entah kenapa dia malah jadi sering rewel, lalu nangis jika tidak dituruti, yang paling aneh kok shalu malah gak bisa jauh dari Umminya ya?
Usut punya usut, ternyata ada beberapa faktor yang membuat kemandiriannya menghilang. Setelah saya cermati. Ternyata pelajaran ngasuh anak selama tinggal berdua di Lembang berpengaruh dengan perkembangan sosialnya.
Nah, ini 5 cara yang tanpa sadar telah membuat balita saya lebih mandiri.
#1 .Keluar rumah dan sosialisasi dengan anak-anak seumurannya.
Dulu, kalau suami saya kerja, saya hanya tinggal berdua di rumah dengan anak. Kadang shalu bosan dan dia sukaa sekali kalau pintu rumah terbuka. Langsung aja dia kabuur main dengan teman-teman seumurannya atau bahkan dengan kakak-kakak tetangga.
Setiap sore hari ada jadwal keluar rumah yang sudah tetap , walaupun dia belum mengenal waktu. Dia tahu sendiri kalau sudah jam nya dia main keluar. Ini yang membuat dia berkembang secara sosial.
Efeknya, dia lebih mudah bermain dengan teman baru, kadang dia yang tidak sungkan mengajak untuk bermain terlebih dulu.
Sayangnya, lingkungan rumah neneknya di Bekasi tidak mendukung demikian, mungkin karena cuaca yang panas, anak-anak lebih sering bermain di dalam rumah jadi shalu tidak punya waktu yang intens dan cukup bermain dengan teman sebayanya sambil mengeksplor dunia luar.
Hanya sesekali saja dan tidak rutin. Itu salah satu faktor yang membuat dia malah lebih rewel. Jenuh.
#2. Cari alasan untuk membiarkan anak bersosialisasi dengan orang lain selain Ibunya.
Tinggal hanya dengan suami dan anak, membuat saya harus pandai bagi waktu antara menyiapkan keperluan shalu dan suami, juga mengurus kebersihan rumah. Sehingga kadang saat saya lagi repot, saya minta bantuan saudara yang kebetulan punya anak kecil juga untuk mengawasinya bermain.
Photo: Dokumentasi pribadi |
Sebaliknya, saat di Bekasi, shalu malah gak bisa lepas dengan saya karena sekarang saya gak pernah membiarkan dia bermain tanpa harus ditemani oleh saya. Walaupun banyak tante dan om nya, kalau saya tinggal ke mini market sebentar dia selalu sadar dan nangis mencari Umminya.
#3. Bilang sama anak, kalau dia main boleh tanpa kita, dan jelaskan kenapa.