Senin, 20 Juni 2016

Buat Balita Lebih Mandiri? Buktikan dengan 5 cara ini

“ Parenting isn’t a practice. It’s a daily learning experience”

 Beberapa waktu lalu, sebelum pindah rumah dari Lembang ke Bekasi. Saya merasa Shalu tumbuh jadi anak yang mandiri dan nyaris gak pernah rewel. Dengan situasi kita hanya berdua saat suami berangkat kerja, Shalu tidak pernah sekalipun membuat saya kewalahan kecuali kalau sudah bosan ingin main keluar.  Dia selalu minta dibukakan pintu jika mendengar suara anak-anak bermain di luar rumah.

Selain itu, jika berada di dalam rumah, shalu selalu santai dengan aktivitasnya. Jika saya bilang  mau mengerjakan sesuatu dulu, dia Cuma bilang iya lalu lanjut dengan permainannya. Padahal umurnya baru setahun. Selagi di luar rumah, dia asyik main dengan teman-temanya. Ikut-ikutan anak yang lebih besar lari sana- sini, mengejar kucing, memetik bunga, atau sekadar melihat anjing peliharaan tetangga (yang kebetulan pemiliknya uwa sendiri) di halaman rumahnya.

 Pernah beberapa kali jatuh bahkan sampai lututnya besot-besot, dia gak pernah nangis, ketika jatuh dia langsung berdiri dan menepuk kedua tangannya yang kotor langsung beranjak main lagi. Aneh saya juga, kok dia gak nangis? Kalau ditanya, dia cuma berusaha menjelaskan kejadiannya sambil nunjuk luka yang sekiranya sakit dengan bahasa nya yang belum jelas.

ajak anak bermain dengan anak-anak seumurannya
photo: dokumentasi pribadi
Sekarang shalu sudah berumur 20 bulan. Tempat tinggal kami juga sudah bukan di lembang lagi. Setelah suami pindah kerja di jakarta, saya memilih tinggal dengan mama di bekasi.
Taraaa.. hanya dalam waktu tiga bulan. Shalu yang mandiri sekarang berubah drastis. Loh kok bisa ya?
Ada banyak anggota keluarga di bekasi. Bagi shalu, dia tidak pernah kesepian tinggal disini. Selalu ramai. Dia punya satu tante kecil dan satu tante besar yang sudah bekerja, ada om nya juga, lalu yang pasti ada nenek dan aki nya yang selalu ajak dia main setiap harinya. Dengan keadaan yang ramai seperti ini, harusnya shalu bisa lebih mandiri lagi Tapi entah kenapa dia malah jadi sering rewel, lalu nangis jika tidak dituruti, yang paling aneh kok shalu malah gak bisa jauh dari Umminya ya?

Usut punya usut, ternyata ada beberapa faktor yang membuat kemandiriannya menghilang. Setelah saya cermati. Ternyata pelajaran ngasuh anak selama tinggal berdua di Lembang berpengaruh dengan perkembangan sosialnya.

Nah, ini 5 cara yang tanpa sadar telah membuat balita saya lebih mandiri.

#1 .Keluar rumah dan sosialisasi dengan anak-anak seumurannya.

Dulu, kalau suami saya kerja, saya hanya tinggal berdua di rumah dengan anak. Kadang shalu bosan dan dia sukaa sekali kalau pintu rumah terbuka. Langsung aja dia kabuur main dengan teman-teman seumurannya atau bahkan dengan kakak-kakak tetangga.

Setiap sore hari ada jadwal keluar rumah yang sudah tetap , walaupun dia belum mengenal waktu. Dia tahu sendiri kalau sudah jam nya dia main keluar. Ini yang membuat dia berkembang secara sosial.
Efeknya, dia lebih mudah bermain dengan teman baru, kadang dia yang tidak sungkan mengajak untuk bermain terlebih dulu.

Sayangnya, lingkungan rumah neneknya di Bekasi  tidak mendukung demikian, mungkin karena cuaca yang panas, anak-anak lebih sering bermain di dalam rumah jadi shalu tidak punya waktu yang intens dan cukup bermain dengan teman sebayanya sambil mengeksplor dunia luar.
 Hanya sesekali saja dan tidak rutin. Itu salah satu faktor yang membuat dia malah lebih rewel. Jenuh.

#2. Cari alasan untuk membiarkan anak bersosialisasi dengan orang lain selain Ibunya.

Tinggal hanya dengan suami dan anak, membuat saya harus pandai bagi waktu antara menyiapkan keperluan shalu dan suami, juga mengurus kebersihan rumah. Sehingga kadang saat saya lagi repot, saya minta bantuan saudara yang kebetulan punya anak kecil juga untuk mengawasinya bermain.

latih anak untuk mandiri
Photo: Dokumentasi pribadi
Shalu paham itu, dia gak pernah nangis atau minta pulang ke rumah sampai saya beres dengan kerjaan saya. walaupun hanya 10- 20 menit saja. Ternyata itu cukup buat dia belajar mandiri ketika saya sedang tidak berada di dekatnya.

Sebaliknya, saat di Bekasi, shalu malah gak bisa lepas dengan saya karena sekarang saya gak pernah membiarkan dia bermain tanpa harus ditemani oleh saya. Walaupun banyak tante dan om nya, kalau saya tinggal ke mini market sebentar dia selalu sadar dan nangis mencari Umminya.

#3. Bilang sama anak, kalau dia main boleh tanpa kita, dan jelaskan kenapa.


Dulu saya sering bilang ke shalu,” shalu, Ummi sholat dulu ya? Shalu main dulu sama azkha ya?” atau “ Shalu, ummi ke kamar mandi dulu ya, shalu main sama uwa disini ya?” terus lucunya, dia selalu jawab “iyah..” sambil pergi main ke temannya.

Sekarang, beda. Kalau saya mau shalat dia nangis, kalau saya ke kamar mandi, dia cariin sampai diketuk-ketuk kamar mandinya. Rupanya, saya lupa ngomong sama dia. Karena merasa selalu ada orang lain di rumah mungkin shalu tidak akan nangis. Ternyata memang lebih baik ngomong dulu ke anak. Mungkin kita anggapnya anak tidak mengerti padahal anak itu lebih peka dan paham sama apa yang kita ucapkan ke mereka. Meskipun, mereka belum bisa berbicara.

#4. Tersenyum saat anak melihat kita  ketika sedang  bermain. Ini menunjukan kalau kita bangga dengan dia yang sudah mau bermain tanpa harus disertai ibu nya.

Saat membawa anak ke arena bermain, kadang saya lihat beberapa anak gak mau turun ke arena. Ada yang takut, ada yang ingin bareng dengan ibu nya. Macam-macam alasannya, begitu juga dengan shalu. Saya tahu sebetulnya shalu itu merasa khawatir ketika melihat beberapa permainan.
 Mungkin takut atau aneh, bagi balita yang masih memiliki imajinasi yang tinggi wajar saja itu terjadi. Jadi, jika ini terjadi, saya biasanya mempersiapkan mental anak dulu.

Ceritakan apa yang dia sukai yang ada disana. Biar dia penasaran , nanti saat ada permainannya bilang “ iih seru banget ya, mainannya. Shalu mau coba gak?” kalau dia mau, tunjukan apresiasi kita.
“Hebat.. pinter ya shalu berani main bareng panda ya.”
 kalau dia masih takut jangan dipaksa.
“Oh ya udah kalau ga mau, kita liat mainan yang lain yuk.. Dadah dulu dong sama pandanya. Dadah..”
 Perlihatkan senyuman kita kalau apapun yang dia pilih kita bangga dengannya. Insha Allah, pelan-pelan dia akan berani dan dia tidak merasa dipaksa melakukan sesuatu yang dia gak suka.

#5. Biarkan dia main selama waktu bermainnya, jangan menganggu aktivitasnya, biarkan balita kita mempunyai waktu dengan dunia nya tanpa harus terganggu  dengan kehadiran kita.

latih anak supaya mandiri
photo: dokumentasi pribadi
Anak udah berani nih.. alhamdulilah, biarkan saja dia bermain. Jangan menganggu nya saat dia sedang bermain. Biar dia asyik sejenak dengan dunianya. Nanti setelah selesai bermain, kita tanya “ tadi ngapain aja, de?” pasti dia langsung cerita dengan bahasa nya apa yang dia alami.  Pancing mereka supaya terlatih untuk terbiasa bercerita. Ke depannya, dia akan selalu berbagi dengan kita, apa saja yang dialami. Tinggal persiapan saja, telinga untuk lebih banyak mendengar celotehan si kecil.

Kelima hal di atas, terbukti dapat mengurangi rasa takut anak dan buatnya lebih mandiri. Tanpa disadari, ini membentuk karakter dan perilakunya. Balita yang tumbuh dengan lingkungan yang baik akan memiliki kepercayaan diri tinggi. Rasa percaya diri itu yang akhirnya membuatnya mandiri.

Jadi, jangan putus asa! Selamat mencoba..

#BalitaMandiri #ParentingStories #TipsParenting #Ibudananak


Tidak ada komentar:

Posting Komentar